Kawasan Padukuhan Patihan secara administratif masuk dalam wilayah Kalurahan Gadingsari, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah setingkat dusun, yang kemudian mengikuti Undang-undang Keistimewaan DI Yogyakarta disebut sebagai padukuhan.
Berbatasan dengan Padukuhan Wonorejo dan Bongos di sebelah utara, Padukuhan Wonoroto di sebelah timur, dan Padukuhan Cangkring, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan di sebelah barat. Satu batas istimewa di sisi selatan yakni Samudra Indonesia, Patihan mempunyai bentang pantai sepanjang 1.411 meter.
Posisi ini juga menjadikan wilayah ini sebagai salah satu wilayah administratif paling selatan di DI Yogyakarta, dengan jarak sekitar 30 km dari pusat kota Yogyakarta, dan 17 km dari ibukota kabupaten Bantul.
Geografis Padukuhan Patihan
Letak Padukuhan Patihan secara geografis berada di pinggiran Samudra Indonesia, dengan luas kurang lebih 87,2 hektar. Dari seluruh luasan tersebut, 60% nya adalah gumuk pasir. Tanah pasir ini terbentuk dari hasil tumpukan bebatuan dari Sungai Opak dan Sungai Progo yang dibawa dari Gunung Merapi sampai ke laut, kemudian ombak menghempaskannya ke daratan yang menjadikan sebagian besar luas daratan Patihan.
Bebatuan yang terbawa dari lava erupsi Gunung Merapi terdiri dari andesit dan sejenisnya, yang kemudian hancur sampai ke hilir dan menghasilkan pasir hitam lembut. Pasir hitam ini hampir tidak bisa dipergunakan untuk material bangunan maupun bertani karena kandungan haranya yang minim, dan mempengaruhi pola perilaku kehidupan masyarakat Padukuhan Patihan.
Penduduk dan Mata Pencaharian
Dipimpin oleh seorang Dukuh, yakni Bapak Agus Widada. Terbagi menjadi 4 wilayah rukun tetangga atau RT, yang masing-masing dipimpin oleh ketua RT. Dari empat wilayah tersebut, semua adalah area berpasir, hanya RT 01 yang tanah merah. Karena kebanyakan area tanam lahan pertanian adalah di lahan kritis minim hara, penduduk di Patihan tidak sepenuhnya mengandalkan pertanian. Meski menjadi pekerjaan yang terbanyak, tak sedikit pula penduduk Patihan yang bekerja selain petani, menjadi pedagang, pegawai, nelayan, dan terutama bekerja sambilan sebagai pelaku wisata di Pantai Goa Cemara.
Sejarah Padukuhan Patihan
Sejarah Padukuhan Patihan erat kaitannya dengan asal mula penamaannya, dari kata “Patih”, atau orang kedua setelah raja. Pada masa lampau, terdapat serombongan bangsawan dari timur terdiri dari Patih Rojoniti dan para punggawa. Sampai ke wilayah ini kemudian mendirikan cluster wilayah Rojoniten. Terdiri dari Padukuhan Patihan, Demangan, Wonorejo atau Kradenan, Wonoroto, dan wilayah lain disekitarnya.
Potensi Wilayah
Padukuhan Patihan mempunyai banyak potensi baik itu pertanian, perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun potensi turunannya sebagai daya jual pariwisata terutama di Pantai Goa Cemara.