Tanaman Pandan Laut merupakan salah satu jenis flora yang banyak ditemui di kawasan pesisir selatan, terutama gumuk pasir dusun Patihan. Dengan tingkat adaptasi yang tinggi, pandan laut menjadi cukup populer dalam kehidupanwarga masyarakat pesisir.
Bentuk dan Ciri-ciri Pandan Laut
Di area gumuk pasir Patihan dan sekitarnya, ada beberapa jenis tanaman pandan, namun ada dua jenis yang diketahui sejak dulu dan jumlahnya dominan. Kedua jenis ini adalah pandan duri.
Pandan Pudak
Dalam bahasa lokal dikenal dengan sebutan Pandan Pudak atau Pandanus odorifer. Dinamakan Pandan Pudak mengacu pada buahnya, yang bernama pudak atau gendoga, karena hanya jenis ini yang terlihat berbuah.
Mempunyai batang yang kokoh dengan diameter 10cm – 15 cm, bisa mencapai lebih dari 4 meter, meski rata-rata yang masih ada hanya bisa kita lihat 2-3 meter karena patah pucuk terkena angin atau sengaja dipotong karena mengayomi lahan pertanian. Daun berwarna hijau cerah dengan duri putih, tumbuh spiral mengelilingi batang. Panjang daun 120cm hingga 200cm dengan lebar hingga 5cm. Pandan Pudak berdiri kokoh dengan cabang berganda, dan ditopang oleh akar dalam maupun akar angin yang mengelilingi batang. Akar ini akan tumbuh memanjang hingga menyentuh pasir, dan membesar hingga hampir sebesar batang utama.
Pandan Pasir
Dinamakan Pandan Pasir karena pola tumbuhnya yang cenderung rebah, dan penyebarannya yang banyak di area gumuk pasir. Pandan Pasir atau Pandanus tectorius berukuran lebih kecil daripada Pandan Pudak. Selain karena leher cabangnya yang kecil sehingga cenderung bergerak rebah karena beban daun, menjadikan rumpun pandan ini tidak pernah tinggi.
Sejarah dan Persebaran
Tidak diketahui secara pasti tanaman pandan laut ini mulai ditanam, akan tetapi dari cerita verbal masyarakat, tanaman ini sudah ada sejak mereka lahir. Terutama jenis Pandan Pasir.
Ada salah satu teori bahwa Pandan Laut disebar luaskan oleh VOC pada masa kolonial, ditanam di daerah-daerah yang berpotensi mengandung mineral atau bahan tambang, karena tingkat adaptasinya yang tinggi. Ini juga yang kemudian banyak menjadi sejarah penamaan suatu kawasan terutama di Jawa. Di pesisir selatan Yogyakarta sendiri terdapat tempat dengan penamaan seperti Pandan Sari, Karang Pandan, Pandan Simo, Pandan Segegek, Pandan Macan, Pandan Payung, dan lain-lain.
Pengaruh Pandan Laut pada Kehidupan Masyarakat Pesisir
Selain berpengaruh pada penamaan tempat yang kemudian cukup populer di kalangan lokal, tumbuhan ini juga mempengaruhi budaya dan ekonomi dengan pemanfaatannya.
Tanaman ini banyak tersebar karena salah satunya memang digunakan oleh warga masyarakat untuk kikis atau batas lahan garapan di gumuk pesisir. Selain karena daya tahannya terhadap cuaca dan kekeringan, pandan juga mudah ditanam hanya dengan menancapkan sebagian batangnya saja. Kikis atau batas juga berfungsi sebagai barrier tanaman pangan dari angin laut yang korosif.
Pemanfaatan lainnya adalah untuk kerajinan. Daun pandan menjadi bahan pokok anyaman yang biasanya dikerjakan oleh ibu-ibu sebagai pekerjaan sambilan. Mulai dari tikar, topi, tali, maupun kerajinan lain. Meski sekarang sudah tidak banyak yang mengerjakan karena prosesnya memang cukup rumit, sebelum tahun 90an hampir setiap rumah dulu mengerjakan anyaman tikar daun pandan.
Proses pengerjaan mulai dari memotong daun pandan yang sudah tua di pesisir kemudian dibawa pulang untuk digarap. Duri dihilangkan untuk kemudian daun pandan dipotong ujung dan pangkalnya agar menjadi sama panjang. Dipotong melajur lagi dengan lebar kurang lebih setengah senti, kemudian direbus hingga warnanya berubah agar pandan lebih kuat. Untuk mewarnai, dalam proses perebusan biasanya daun pandan ditambahkan pewarna tekstil, meski sebagian besar anyaman berwarna putih asli, hanya untuk corak saja yang diwarnai.
Selanjutnya ditiriskan dan dijemur hingga kering, lalu dibesut satu persatu agar daun rata lurus tidak mengelinting. Ini adalah proses terakhir dan akhirnya siap untuk dianyam. Proses pengerjaan yang berhari-hari bahkan berminggu-minggu sampai finishing anyamannya membuat pekerjaan ini kurang diminati oleh generasi sekarang.
Akar atau sulur Pandan Pudak juga dimanfattkan untuk tali temali, baik itu tali hasil panen atau rumput ketika di lahan pertanian maupun untuk tali sebgai hasil kerajinan yang dijual.
Daun dan akar pandan mempunyai kekuatan yang baik selama tidak terkena air terus menerus.
Konservasi Pandan Laut
Seiring tergesernya area gumuk untuk hunian dan ruang usaha maupun infrastruktur, tanaman pandan juga semakin berkurang luasan sebarannya. Pemanfaatan tanaman ini sebagai bahan kerajinan juga kurang diminati sehingga hampir tidak ada yang melakukan usaha budidaya.
Oleh karena itu, Kelompok Konservasi Penyu Mino Raharjo Pantai Goa Cemara melakukan upaya konservasi tanaman ini karena memang fungsinya pada ekosistem pantai sangat banyak. Beberapa alasan yang mendasari diantaranya adalah :
Pandan Laut Tahan Cuaca dan Korosifitas Angin Laut
Tanaman ini telah terbukti dapat bertahan pada kondisi tanah pasir tandus yang juga sangat kering bahkan panas di musim kemarau. Daunnya yang tebal dengan cadangan air di pokok batang cukup efektif untuk kondisi pesisir selatan Yogyakarta.
Ketahanan terhadap uap air laut dengan kandungan garam yang cukup tinggi juga menjadi alasan pemilihan pandan sebagai tanaman pertama yang diposisikan berhadapan dengan bibir pantai, berdampingan dengan cemara udang atau Casuarina equisetifolia.
Pembentuk Gumuk Pasir
Posisinya yang berhadapan langsung dengan bibir pantai menjadi penghalang pasir yang terbawa angin ke daratan, dan bentuk batang serta akarnya cukup efektif menahan pasir, sehingga cukup baik untuk barrier pembentuk gumuk pasir. Pandan laut dapat bertahan dan tetap tumbuh meski terpendam.
Terutama jenis Pandan Pasir, pertumbuhan cabangnya yang cenderung ke arah bawah semakin efektif untuk menahan pasir. Sementara itu, keberadaan gumuk pasir sangat penting untuk habitat bertelurnya penyu di setiap musim migrasi yang melakukan pendaratan di pesisir selatan Yogyakarta.
Melembabkan Pasir Pantai
Kerapatan daun dan ketahanannya melindungi tanah pasir dari terik matahari. Batang serta akar sulur yang banyak mengandung air juga membuat pasir disekitar tumbuhan ini terjaga kelembabannya.
Pasir yang tidak terlalu kering disukai oleh penyu untuk memendam telurnya, sehingga daya tetasnya cukup baik meski setiap musim migrasi penyu hampir selalu di musim kering. Area yang tidak terlindung rumpun pandan sangat panas, bahkan cukup panas untuk mematangkan telur yang memang tidak terlalu dalam ditanam.
Pelindung Alami dari Predator dan Manusia
Rumpun pandan dengan daun yang padat berduri cukup efektif untuk menghalau hewan maupun manusia di sekitar sarang. Selain itu daun dan batang yang kering juga menjadi tempat tinggal serangga yang cenderung tidak disukai pengganggu. Terutama di tempat wisata yang banyak didatangi manusia, rumpun pandan menjadi soft warning yang lebih efektif dan tidak menjadi sampah visual daripada tulisan papan peringatan.
Barrier dari Korosifitas
Seperti yang sudah dilakukan masyarakat penggarap lahan pertanian pesisir pada umumnya, salah satu tujuan konservasi pandan laut adalah membuat barrier alami uap air laiut yang cukup banyak mengandung garam.
Harapan dari Dewa Patih sendiri adalah dengan peningkatan kesejahteraan di bidang pertanian, mayarakat pesisir Patihan akan lebih fokus membantu Kelompok Konservasi Penyu dalam upaya bantuan penyelamatan penyu di pesisir selatan Yogyakarta.
Obyek Visual
Sebagai destinasi pantai dengan kunjungan yang banyak, pandan ditanam sebagai ciri khas pantai dengan berbagai manfaat. Naungan alamiah dan tahan lama dengan tingkat sustainabilitas tinggi menjadi alasan utama selain estetika dan fungsi fisiknya.